Pengakuan Internet di Indonesia Mahal Oleh Luhut Binsar, Berikut Penjelasan Ahli
Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Net Indonesia (APJII) Muhammad Arif, menyebut bahwa harga web di Indonesia masih terjangkau bagi masyarakat.
Pendapatnya itu muncul tak lama setelah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan biaya internet di Indonesia mahal dan hanya bisa dinikmati oleh orang-orang mampu.
Pada Minggu (12/12), Luhut mengkritik harga internet di Indonesia yang dianggapnya dapat menjadi penghambat perkembangan ekonomi digital Tanah Air.
"Kesenjangan internet juga terjadi karena biaya yang mahal, memungkinkan net hanya bisa diakses mereka yang mampu secara ekonomi.
Pendapatnya itu muncul tak lama setelah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan biaya internet di Indonesia mahal dan hanya bisa dinikmati oleh orang-orang mampu.
Pada Minggu (12/12), Luhut mengkritik harga internet di Indonesia yang dianggapnya dapat menjadi penghambat perkembangan ekonomi digital Tanah Air.
Ia juga menyoroti kecepatan net di Indonesia yang masih tergolong rendah, dengan jaringan belum merata hingga masih banyak desa yang belum menikmati net
"Kesenjangan internet juga terjadi karena biaya yang mahal, memungkinkan net hanya bisa diakses mereka yang mampu secara ekonomi.
Hal ini yang harus diselesaikan pemerintah," kata Luhut saat membuka acara Indonesia Fintech Top 2021 secara virtual di akun Youtube Jasa Keuangan.
Ketua Umum APJII sendiri mengakui bahwa cakupan net di Indonesia belum merata, khususnya untuk dealt with broadband yang coverage-nya hanya 15 persen.
Jumlah tersebut jauh lebih kecil dari cakupan mobile broadband, yang diklaim Kementerian Kominfo telah mencapai lebih dari 90 persen populasi.
Namun, ia menolak anggapan bahwa harga web di Indonesia tidak terjangkau dan hanya dapat diakses oleh orang mampu.
"Menurut kami harga web di Indonesia sudah cukup budget friendly," kata Arif.
Ahli minta standarisasi harga acuan web.
Di sisi existed, menentukan apakah harga web Indonesia termasuk mahal atau murah tidaklah mudah, menurut ahli teknologi.
Sebab, Indonesia hingga kini tidak memiliki standarisasi harga acuan untuk komoditas tersebut.
"Kalau mengenai mahal atau tidak, akan relatif dari sisi mana kita akan memandang itu.
Masalahnya adalah sementara ini kita belum punya kesepakatan atau standarisasi harga per megabyte atau per gigabyte daripada kuota ataupun meter dari web," kata pengamat industri telekomunikasi, Munir Syahda Prabowo.
"Itu yang jadi menyebabkan adanya misunderstanding, sehingga seakan-akan ada yang mahal ada yang murah," jelasnya.
Pada pertengahan 2017 lalu, Kementerian Kominfo yang saat itu dipimpin Rudiantara sempat menyebutkan keinginan untuk membuat formula acuan harga web di Indonesia.
Ketua Umum APJII sendiri mengakui bahwa cakupan net di Indonesia belum merata, khususnya untuk dealt with broadband yang coverage-nya hanya 15 persen.
Jumlah tersebut jauh lebih kecil dari cakupan mobile broadband, yang diklaim Kementerian Kominfo telah mencapai lebih dari 90 persen populasi.
Namun, ia menolak anggapan bahwa harga web di Indonesia tidak terjangkau dan hanya dapat diakses oleh orang mampu.
"Menurut kami harga web di Indonesia sudah cukup budget friendly," kata Arif.
Ahli minta standarisasi harga acuan web.
Di sisi existed, menentukan apakah harga web Indonesia termasuk mahal atau murah tidaklah mudah, menurut ahli teknologi.
Sebab, Indonesia hingga kini tidak memiliki standarisasi harga acuan untuk komoditas tersebut.
"Kalau mengenai mahal atau tidak, akan relatif dari sisi mana kita akan memandang itu.
Masalahnya adalah sementara ini kita belum punya kesepakatan atau standarisasi harga per megabyte atau per gigabyte daripada kuota ataupun meter dari web," kata pengamat industri telekomunikasi, Munir Syahda Prabowo.
"Itu yang jadi menyebabkan adanya misunderstanding, sehingga seakan-akan ada yang mahal ada yang murah," jelasnya.
Pada pertengahan 2017 lalu, Kementerian Kominfo yang saat itu dipimpin Rudiantara sempat menyebutkan keinginan untuk membuat formula acuan harga web di Indonesia.
Gagasan yang tak pernah terwujud itu muncul di tengah perang tarif net, yang dianggap kalangan operator seluler Indonesia sudah tidak sehat.
Bagi Munir, tanpa harga acuan tersebut, kita tidak dapat menilai apakah harga net di Indonesia tergolong mahal atau murah.
"Samalah, dengan (komoditas) yang lain.
Bagi Munir, tanpa harga acuan tersebut, kita tidak dapat menilai apakah harga net di Indonesia tergolong mahal atau murah.
"Samalah, dengan (komoditas) yang lain.
Contohnya seperti bahan bakar. Kalau web kan sebenarnya sama saja, ya, litre yang dipakai akan habis.
Jadi, itu perlu adanya standarisasi mengenai harga per megabyte atau per gigabyte," jelas Munir.
Siapapun yang menentukan itu enggak ada masalah. Tapi, itu adalah kesepakatan yang bisa jadi dasar untuk kita melihat apakah operator ataupun penyelenggara ini memberikan harga kemahalan atau tidak.
- Munir Syahda Prabowo, pengamat industri telekomunikasi -
Munir menjelaskan, perhitungan harga acuan net memang cukup rumit dan tergantung jenis layanan web yang disediakan service provider.
Penyedia repaired broadband, misalnya, biasanya menyediakan layanan per bulan dalam bentuk kecepatan internet. Adapun carrier mobile broadband umumnya menjual paket internetnya dalam bentuk kuota atau paket data.
Ngomong-ngomong soal layanan web repaired dan mobile di Indonesia, keduanya memiliki peringkat yang berbeda dalam daftar negara dengan paket internet fading murah di dunia versi situs pembanding harga Cable.co.uk yang berbasis di Inggris.
Pada 2021, Cable.co.uk mencatat bahwa internet mobile di Indonesia menduduki peringkat ke-12 dari 230 negara dengan paket internet mobile termurah di dunia.
Dari 53 paket net mobile di Indonesia yang dihitung Cable.co.uk, rata-rata menjualnya dengan harga Rp 6.000 per 1 GB.
Sementara paket dealt with broadband di Indonesia hanya menduduki peringkat ke-53 dari 211 negara dengan paket fixed net termurah di dunia versi Cable.co.uk pada 2021.
Dari 19 paket taken care of broadband di Indonesia yang dihitung, rata-rata menjualnya dengan harga Rp 409.000 per bulan.
Jadi, itu perlu adanya standarisasi mengenai harga per megabyte atau per gigabyte," jelas Munir.
Siapapun yang menentukan itu enggak ada masalah. Tapi, itu adalah kesepakatan yang bisa jadi dasar untuk kita melihat apakah operator ataupun penyelenggara ini memberikan harga kemahalan atau tidak.
- Munir Syahda Prabowo, pengamat industri telekomunikasi -
Munir menjelaskan, perhitungan harga acuan net memang cukup rumit dan tergantung jenis layanan web yang disediakan service provider.
Penyedia repaired broadband, misalnya, biasanya menyediakan layanan per bulan dalam bentuk kecepatan internet. Adapun carrier mobile broadband umumnya menjual paket internetnya dalam bentuk kuota atau paket data.
Ngomong-ngomong soal layanan web repaired dan mobile di Indonesia, keduanya memiliki peringkat yang berbeda dalam daftar negara dengan paket internet fading murah di dunia versi situs pembanding harga Cable.co.uk yang berbasis di Inggris.
Pada 2021, Cable.co.uk mencatat bahwa internet mobile di Indonesia menduduki peringkat ke-12 dari 230 negara dengan paket internet mobile termurah di dunia.
Dari 53 paket net mobile di Indonesia yang dihitung Cable.co.uk, rata-rata menjualnya dengan harga Rp 6.000 per 1 GB.
Sementara paket dealt with broadband di Indonesia hanya menduduki peringkat ke-53 dari 211 negara dengan paket fixed net termurah di dunia versi Cable.co.uk pada 2021.
Dari 19 paket taken care of broadband di Indonesia yang dihitung, rata-rata menjualnya dengan harga Rp 409.000 per bulan.
Komentar
Posting Komentar